16.55

Leptospirosis

Pertama saya mendengar istilah Leptospirosis adalah pada saat tetangga saya meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Pada mulanya beliau diduga menderita hepatitis, ginjal, dll namun akhirnya didiagnosa terkena Leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh urine tikus -demikian penjelasan yang saya dapatkan waktu itu-. Kebetulan memang di lingkungan tempat tinggal saya (rumah saya alhamdulillah enggak) banyak tikus dan kabarnya sampe ke dalam rumah. Beberapa waktu kemudian saya mendapat email dari teman yang isinya tentang seorang perempuan yang juga meninggal karena Leptospirosis. Kali ini karena kontaminasi kuman Leptospira (penyebab Leptospirosis) pada kaleng soda yang dia minum. Sebenarnya apa sih Leptospirosis itu?

Leptospirosis itu apa dan bagaimana penularannya?
Leptospirosis tergolong penyakit hewan yang dapat pula menjangkiti manusia, atau disebut Zoonosis. Penyebabnya adalah bakteri Leptospira. Kuman ini hidup dan berkembangbiak di dalam tubuh hewan. Semua hewan bisa terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya, selain hewan ternak. Hewan yang terkena mungkin sama sekali tak mendapat gejalanya atau sehat walafiat.

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Bakteri Leptospira biasanya memasuki tubuh lewat luka atau lecet kulit, dan kadang-kadang lewat selaput di dalam mulut, hidung dan mata. Berbagai jenis hewan bisa mengidap bakteri Leptospira di dalam ginjalnya. Penyebarannya dapat terjadi setelah tersentuh urine atau tubuh hewan tersebut. Tanah, lumpur atau air yang dicemari air kencing hewan pun dapat menjadi sumber infeksi. Makan makanan atau minum air yang tercemar juga kadang-kadang menjadi penyebab penyebarannya.

Gejalanya seperti apa?
Pada hewan yang terjangkit mungkin tak muncul gejala apa-apa, tapi pada manusia gejalanya menyerupai gejala flu (flu-like symptom). Dimulai dengan demam, pegal linu, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual-muntah, sampai diare. Jika pada tahapan ini tidak diobati gejala akan bertambah parah dan tampak lebih khas.

Pada awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis, saking tidak lazim dan terlupakan, pengobatan yang tepat mungkin terlambat diberikan. Gejala Leptospirosis menjadi lebih berat jika tidak diobati atau obatnya salah alamat. Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa tewas.

Oleh karena menyerang hati, pada stadium lanjut muncul gejala penyakit kuning. Kulit dan putih mata menjadi kekuningan , selain tampak pula mata merah layaknya sedang sakit mata. Demam, kuning dan mata merah, dianggap khas pada leptosprirosis. Adakalanya terjadi perdarahan. Dokter mendengar bunyi para-paru abnormal, dan kemungkinan kulit meruam merah.

Bisakah diobati?
Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan murah. Selain antibiotika golongan penicilline, bakteri Leptospira juga peka terhadap streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun.

Cara pencegahannya bagaimana?

  • Hindari berenang di dalam air yang mungkin dicemari urine hewan.
  • Tutupi luka dan lecet dengan plester kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari urine hewan.
  • Pakai sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
  • Pakai sarung tangan bila berkebun.
  • Halau binatang pengerat dengan membersihkan dan menjauhkan sampah dan makanan dari perumahan.
  • Cucilah tangan dengan sabun karena bakteri Leptospira cepat mati oleh sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.
  • Hati - hati dengan makanan/ minuman dalam kemasan, seperti kaleng soda atau gula dalam karung karena ada kemungkinan di dalam penyimpanannya terinfeksi bakteri Leptopirosa.

Semoga bermanfaat.

Referensi :
Depkes
Vet-indo


0 comments: